Minggu, 12 Agustus 2018

Tim ITB Menyiapkan Rancangan Rumah Bambu Bagi Korban Gempa Lombok


 



Institusi Teknologi Bandung (ITB) membentuk tim satgas yang bertugas menyusun rencana dan aksi bantuan untuk bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tim tersebut akan menilai kelayakan bangunan public, menyediakan fasilitas air minum, serta mempelajari potensi gempa ke depan.

Sekretaris LPPM-ITB bidang pengabdian pada masyarakat, Irwan Meilano mengatakan, tim satgas ITBtelah berangkat dan di bagi dalam beberapa gelombang. Tim ITB akan focus terhadap rehabilitasi pasca gempa sesuai bidang riset nya masing-masing dan berangkat pada 10 Agustus 2018.

“didahulu dengan koordinasi dengan LPPM-Universitas Mataram,”kata irwan.

Irwan menjelaskan, ada empat tugas, yaitu pembuatan hunian sementara dari bahan local bamboo. Untuk hal ini, beberapa disain untuk hunian ini telah disiapkan untuk diaplikasikan dilokasi.
Kedua, penyediaan kebutuhan air bersih terutama yang dekat dengan perkotaan sebab saluran air dari PDAM rusak. Kerja sama ini melibatkan pula timdari LAPI indowater.

Kemudian yang ketiga,yaitu penilaian koalisi bangunan untuk mengetahui bagaimana kerusakan akibat gempa. Penilaian ini juga bekerjasama dengan pihak Unram.

“Yang keempat menganalisir potensi bencana kedepan melaluipemasangan seismometer di beberapa lokasi,”kata irwan.

Usai pertemuan dengan LPPM-Umram, tim dari ITB dibagi menjadi sub-kerja. Tim pertama dikoordinir oleh Prof iswandi Imran dari pudat penelitian Mitigasi bencana (PPMB). PPMB bersama tim Unram dan Pekerja Umun menilai bangunan di Unram.

Tim ke dua diketuai Dr.Endra Gunawan dari KK Geofisika Global FTTM ITB, yang bertugas menitoring kegempaan. Tim ketiga, adalah PPMB dan ketua LPPM-Unram yang sengan mempersiapkan keberangkatan menuju ke Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Desa Selat merupakan rekomendari dari ke tua LPPM-Umram, karena merupakan desa yang paling terdampak di Kabupaten Lombok Barat. Dari 2104 KK di Desa Selat, 1142 rumah rusak ringan sampaihancur, dengan 5.340 pengungsi. Di desa ini tidak ada korban jiwa, karena warga langsung keluar rumah begitu terasa ada gempa yang awal nya tersa kecil, lalu membesar. Beberapa yang terperangkap langsung dapat diselamatkan keluarga atau tetangga.

“Di desa itu kebetulan sedang ada 11 mahasiswa yang KKn. Semula mengenai pupuk organic, berubah menjadi KKN kebencanaan, dan mereka yang menjaga posko di kantor desa yang juga rusak,”kata Irawan.


0 komentar:

Posting Komentar