Minggu, 07 Januari 2018

PENELITI: TIDUR KURANG DARI 8 JAM BERESIKO TERKENA DEPRESI

PENELITI: TIDUR KURANG DARI 8 JAM BERESIKO TERKENA DEPRESI

PENELITI: TIDUR KURANG DARI 8 JAM BERESIKO TERKENA DEPRESI
INTERQQ

AGEN POKER  Penelitian yang menyatakan kalau tidur kurang dari delapan jam semalam terkait dengan pikiran mengganggu dan berulang seperti yang terlihat dalam kegelisahan dan depresi, melaporkan sebuah studi baru. Peneliti Amerika telah mempelajari durasi tidur orang-orang dengan tingkat sedang sampai tingkat tinggi berpikir negatif berulang.

DEWA POKER Kita sudah tahu bahwa membuat pikiran terjebak di kepala kita sebelum kita menurunkan dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas tidur. Dan sekarang sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidur yang terganggu bisa membuat lebih sulit menyingkirkan pikiran negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Para peneliti mengekspos peserta studi tersebut ke berbagai gambar yang dimaksudkan untuk memicu respons emosional. Perhatian mereka teramati melalui gerakan mata mereka. Para peneliti juga menemukan bahwa peserta yang paling sedikit tidur dan membutuhkan waktu terlama untuk tertidur, mengalami kesulitan untuk mengalihkan perhatian dari informasi negatif.

JUDI POKER "Sementara orang lain mungkin bisa menerima informasi negatif dan terus maju, para peserta mengalami kesulitan untuk mengabaikannya," catat penulis studi Profesor Meredith Coles. Temuan ini menunjukkan bahwa gangguan tidur dapat mempengaruhi kemampuan kognitif yang diperlukan untuk mengalihkan perhatian kita dari rangsangan negatif.

Dalam jangka menengah sampai jangka panjang, pikiran negatif obsesif ini bisa membuat kita lebih rentan terhadap berbagai gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi. Para peneliti bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana durasi siklus tidur dapat menjadi faktor penyebab gangguan psikologis.

POKER ONLINE Mempelajari siklus tidur dengan cara ini suatu hari nanti bisa membantu menciptakan strategi efektif untuk pengobatan kecemasan dan depresi, demikian saran studi tersebut. Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry.

0 komentar:

Posting Komentar