Menteri Keuangan Yakin Perang Dagang Tidak Berdampak Pada Pertumbuhan Kredit
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini bahwa perang dagang yang semakin intensif antara Amerika Serikat (AS) dan Cina tidak akan berdampak signifikan pada pertumbuhan kredit bank di Indonesia, yang merupakan pedoman yang mencerminkan ekspansi dari dunia bisnis.
"Kreditnya masih sangat positif, sejauh ini. Terutama untuk pinjaman investasi dan modal kerja, seperti dinyatakan oleh Pak Wimboh, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan, tepat sebelum Lebaran (perayaan pasca puasa)," kata Sri Mulyani pada rapat kerja Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat di sini pada hari Selasa.
Mantan Managing Director Bank Dunia mengatakan pertumbuhan kredit bank membantu dalam pemulihan dan pertumbuhan yang terlihat di pertengahan tahun ini, setelah melemah dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri juga mengatakan dia berharap momentum pertumbuhan akan berlanjut sepanjang 2019.
Kondisi ini akan terwujud jika momentum pertumbuhan ekonomi domestik tetap terjaga, dan mampu menangkal dampak perlambatan ekonomi akibat perang dagang antara dua raksasa ekonomi, AS dan China.
"Tentu saja, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan harus dipertahankan sehingga optimisme pelaku bisnis akan tetap positif sehingga mereka akan dapat meningkatkan volume bisnis mereka," katanya.
Sedangkan untuk April 2019, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit masih tumbuh sebesar 11,05 persen secara tahunan (yoy).
Dalam pertumbuhan kredit, kredit investasi tumbuh sebesar 14,34 persen (yoy), pinjaman modal kerja 10,48 persen (yoy), dan kredit konsumsi tumbuh 9,06 persen (yoy). Distribusi kredit yang cepat didorong oleh sektor pertambangan, yang tumbuh menjadi 37,6 persen.
Selain itu, sektor konstruksi tumbuh 27,55 persen (yoy), sedangkan sektor pertanian dan pengolahan masing-masing tumbuh 10,65 persen dan 8,7 persen (yoy).
Risiko kredit bank, pada April 2019, berada pada level rendah. Ini tercermin dalam rasio kredit macet atau kredit macet (NPL) dengan bank bruto 2,57 persen dan NPL bersih 1,15 persen.
Sementara itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah 23,78 persen, dan rasio pinjaman terhadap deposito (LDR) turun menjadi 93 persen dari 94 persen.
0 komentar:
Posting Komentar