Perubahan Kedubes AS Di Jakarta Dengan Desain Modern
Di bagian depan kompleks terdapat benang logam rumit yang menyerupai kain tenun. Bagian luar logam menghalangi sinar matahari sambil memberi penghormatan kepada budaya Indonesia.
Dirancang oleh firma arsitektur yang berbasis di New York Davis Brody Bond dan firma yang berbasis di Arlington Page Southerland Page sebagai arsitek rekor, gedung baru akan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dan meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan.
“Salah satu hal yang kami benar-benar ingin pertimbangkan adalah dampak kami terhadap lingkungan dan bagaimana kami bisa menjadi mitra yang lebih efisien dan bertanggung jawab untuk negara tuan rumah kami, Indonesia,” kata Alexia Branch, wakil atase pers kedutaan kedutaan.
Cabang menyebutkan bahwa ada beberapa fitur hemat energi di gedung, seperti nuansa otomatis untuk menghalangi sinar matahari dan sistem resapan air.
Yang pertama bekerja untuk meminimalkan dampak panas dari sinar matahari, menghasilkan apa yang diharapkan menjadi penurunan penggunaan sistem AC. Sistem resapan air menggunakan kembali air limbah dan air badai.
Teknologi ini membantu menghemat sekitar 30 persen energi bila dibandingkan dengan bangunan konvensional. Berkenaan dengan budaya Indonesia, fasilitas ini menampilkan sejumlah besar karya seni yang dibuat oleh seniman lokal, seperti desainer batik Iwan Tirta dan seniman Bali Sinta Tantra.
Salah satu karya yang paling menarik adalah replika batik Iwan Tirta yang terletak di lantai dasar. Menampilkan kombinasi motif elang botak Amerika dan parang rusak , batik mencerminkan kerja sama antara kedua negara.
Selain itu, bangunan ini juga memamerkan karya seni oleh seniman Amerika yang terinspirasi oleh Indonesia, seperti "Confluence (Our Changing Seas V)", instalasi bertema kelautan oleh pengawal Courtney Mattison kelahiran San Francisco, dan patung orangutan oleh Daisy Youngblood.
Setelah selesainya fase 1, kedutaan saat ini sedang mengerjakan fase 2, yang mencakup sebuah bangunan bersejarah.
Situs ini sedang direkonstruksi berdasarkan arsitektur aslinya, yang dianggap penting karena merupakan tempat delegasi Indonesia mengadakan negosiasi dengan Belanda sebelum pengalihan kedaulatan pada 27 Desember 1949.
0 komentar:
Posting Komentar