Terawan Menyerahkan Lebih Dari 1.000 Alat Uji Cepat ke Rumah Sakit Darurat
Penyakit coronavirus yang baru (COVID-19) tidak hanya menyerang orang, tetapi juga secara tidak langsung menghancurkan perekonomian Indonesia, meninggalkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tulang punggung ekonomi negara, berjuang untuk bertahan hidup.
Sebelum wabah COVID-19, UMKM menyumbang 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan sekitar 97 persen tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, total 43.016 usaha kecil dan menengah (UKM) telah terkena dampak pandemi COVID-19.
Mempekerjakan setidaknya 149.858 pekerja, UKM berlokasi di berbagai provinsi, termasuk Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Banten.
Beberapa UMKM telah dengan cepat mengarahkan kembali bisnis mereka untuk memenuhi permintaan peralatan, seperti masker wajah dan alat pelindung diri (APD), dalam perang melawan COVID-19.
Warga desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatra Selatan, misalnya, telah bergeser dari menenun tikar menjadi penghasil topeng kain, yang sangat diminati karena pihak berwenang telah memerintahkan orang untuk mengenakan topeng setelah wabah.
"Sejak Presiden Joko Widodo mengamanatkan penggunaan topeng bagi siapa saja yang keluar (keluar) atau aktif di luar rumah, masyarakat Desa Menang Raya telah memproduksi 8.000 lembar topeng kain," kata Suparedy, kepala Desa Menang Raya, baru-baru ini.
Perempuan dan laki-laki Menang Raya, yang merupakan lahan gambut, telah secara tradisional menenun tikar dari gulma "purun" (Eleocharis dulcis), dan mereka memiliki keterampilan menjahit yang diperlukan untuk memproduksi topeng dan fasilitas yang memadai, yang sebagian besar disediakan oleh Badan Restorasi Gambut (BRG).
Di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, UMKM telah memproduksi ribuan topeng dan peralatan perlindungan pribadi per hari sejak pertengahan Maret 2020 untuk membantu pemerintah mengendalikan penyebaran virus.
Sebanyak 37 UMKM terlibat dalam produksi topeng, dan 11 UMKM dalam produksi PPE.
Hanya dalam satu hari, Kantor Perdagangan dapat mendistribusikan ribuan topeng dan pakaian pelindung di antara penduduk dan pekerja medis di ibukota provinsi Jawa Timur, kata kepala Bagian Pemasaran Kantor Perdagangan Kota Surabaya Farida Fitrianing Arum. Secara total, kantor tersebut telah mendistribusikan 74.899 topeng dan 3.414 jas hazmat di antara penduduk dan pekerja medis.
Namun, ribuan UMKM lainnya sekarat karena kehilangan pelanggan, atau tidak memiliki keterampilan, bahan, atau fasilitas untuk mengubah arah bisnis mereka untuk menghasilkan kebutuhan yang relevan dengan situasi pandemi COVID-19.
Oleh karena itu, pemerintah telah memutuskan untuk campur tangan dan menyiapkan langkah-langkah untuk menjaga UMKM tetap bertahan.
"Berdasarkan instruksi Presiden, stimulus ekonomi diprioritaskan untuk UMKM karena sektor ini berkontribusi terhadap 60 persen dari PDB dan mempekerjakan hingga 97 persen (dari total tenaga kerja)," kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, pada 15 April 2020.
Kebijakan stimulus diarahkan pada UMKM karena 99 persen dari operator bisnis di Indonesia bergerak di sektor UMKM, dan mayoritas dari perusahaan tersebut adalah bisnis mikro.
Karena itu, Teten mencatat, Presiden Joko Widodo telah meminta agar program restrukturisasi kredit UMKM diperluas.
"Bantuan cicilan bunga juga diberikan tidak hanya kepada penerima program kredit mikro, tetapi juga penerima pinjaman di bawah Rp10 juta, melalui koperasi simpan pinjam dan lainnya," Masduki menginformasikan.
Presiden Joko Widodo juga meminta agar bisnis mikro dimasukkan dalam daftar penerima bantuan tunai langsung (BLT).
Dan, telah disepakati bahwa skema pinjaman baru akan diberikan kepada UMKM yang saat ini mengalami kesulitan melakukan pembayaran, dan program penghapusan pajak juga akan diterapkan untuk mereka.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memperingatkan bahwa sektor rumah tangga, UMKM, perusahaan, dan keuangan akan paling terpengaruh oleh perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi coronavirus.
Sektor rumah tangga telah menyaksikan penurunan konsumsi dengan orang-orang menahan diri untuk keluar dari rumah mereka karena langkah-langkah jarak fisik, mengakibatkan penurunan daya beli.
Adapun UMKM, wabah telah menempatkan bisnis mereka di bawah tekanan. Mereka belum dapat melakukan kegiatan bisnis, yang telah mempengaruhi kemampuan mereka untuk memenuhi kewajiban kredit.
Menteri Keuangan telah memperkirakan kredit bermasalah (NPL) bank berpotensi meningkat secara signifikan karena UMKM terpukul, yang selanjutnya akan memperburuk pelambatan ekonomi.
"Sektor UMKM, yang biasanya menjadi jaring pengaman selama perlambatan ekonomi, juga sangat terpengaruh oleh wabah tersebut. Sektor ini sekarang akan mengalami pukulan besar karena pembatasan beberapa kegiatan ekonomi dan sosial," jelasnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian telah melaporkan bahwa sejak kasus COVID-19 pertama kali dikonfirmasi di negara itu pada awal Maret, UKM telah mencatat penurunan penjualan 50-70 persen.
Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka kementerian, Gati Wibawaningsih, kementerian telah bekerja sama dengan toko online, termasuk Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Buka Lapak, untuk membantu memasarkan produk yang dibuat oleh UMKM.
Wibawaningsih menunjukkan bahwa UKM di negara ini juga menghadapi kelangkaan bahan baku, terutama yang impor, karena pandemi telah mengganggu rantai pasokan.
"Karena itu, Kementerian Perindustrian telah bekerja sama dengan industri bahan baku dalam negeri untuk memproduksi dan memasok bahan baku untuk UKM lokal," katanya.
Kementerian juga berkoordinasi dengan kementerian terkait, khususnya Kementerian Luar Negeri, untuk mengurangi dampak pandemi terhadap ekspor produk UKM, sebagian besar barang kerajinan.
0 komentar:
Posting Komentar